Laman

Minggu, 13 November 2011

LORO BLONYO

Di depan pintu utama Rumah Joglo Kino Ning Peni terdapat sepasang patung pengantin Loro Blonyo.

Loro Blonyo berasal dari bahasa Jawa, di mana loro berarti dua atau sepasang, sementara blonyo berarti dirias melalui prosesi pemandian dan didandani. Kepercayaan turun temurun tentang Loro Blonyo ini begitu dipercya akan membawa keberuntungan dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng (Yogyes.com).
Patung Loro Blonyo adalah patung boneka penganten pada jaman Jawa kuno sebagai lambang keharmonisan, sehingga dipercaya membuat kehidupan rumah tangga kian harmonis. Menurut catatan sejarah, patung Loro Blonyo sudah ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Agung di kerajaan Mataram pada tahun 1476.
Perwujudan Hinduisme di zaman Mataram Hindhu kemudian dimodifikasi agar lebih universal. Pada awalnya, pengantin perempuan dalam Loro Blonyo adalah  Dewi Sri atau dewi kesuburan dan kemakmuran. Melalui proses inkulturasi dalam ajaran Hindhu,  patung Dewi Sri menemukan pasangan idealnya dengan pengantin lelaki Dewa Wisnu, Di luar kepercayaan Hindu, Loro Blonyo disebut sebagai pasangan pengantin. (Nadeedja's Contempaltion, nsuri.multiply.com)
Sepasang pengantin Jawa dari Djogjakarta
Pada mulanya, kepemilikan patung Loro Blonyo berkaitan erat dengan kultur budaya. Di masa lalu, pada umumnya hanya kaum priyayi yang memiliki patung tersebut. Dalam rumah joglo kuno, patung Loro Blonyo diletakkan di sentong atau di bagian rumah tengah yaitu merupakan bagian yang dianggap sebagai wilayah pribadi suami dan istri. (JOGJA News Com, Art and Culture Story, July 24, 2009). Pada hakekatnya Loro Blonyo menjadi representasi empunya rumah, sehingga diletakkan di ruang tengah atau ruang tamu, dan kini peletakkan dan kepemilikannya sudah bebas, dapat dimiliki semua orang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar