Laman

Kamis, 03 November 2011

DOKAR ALON-ALON WATON KELAKON

Di samping Gazebo (pada gambar di sebelah kanan) yang terletak di komplek Rumah joglo Kino Ning Peni terdapat dokar lama atau dalam bahasa Indonesia disebut delman yang pernah beroperasi di daerah Kartosuro, Solo pada tahun 1960-an.

Delman merupakan alat transportasi tradisional yang kini banyak dijumpai di kota-kota kecil di banyak daerah di Indonesia adalah kereta beroda dua ditarik oleh seekor kuda. Jenis kendaraan serupa lainnya adalah andong yang memiliki empat roda yang ditarik oleh seekor atau dua ekor kuda yang untuk jenis ini banyak dijumpai di Yogyakarta dan Solo.

Nama delman berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur di jaman Hindia Belanda. orang Belanda sendiri menyebutnya dengan nama dos-a-dos (punggung pada punggung, arti harfiah dalam bahasa Prancis) yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi atau antara penumpang yang duduk di depan termasuk sais atau kusir pengendali kuda beradu punggung dengan yang duduk di belakangnya. Istilah dos-a-dos ini oleh penduduk pribumi Batavia mereka sebut menjadi "sado". (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Kendaraan ini hanya bisa melaju dengan kecepatan sekitar 15-20 Km per jam, sehingga banyak kaum muda terutama mengatakan bahwa jalannya dokar sesuai dengan ungkapan Jawa "älon-alon waton kelakon". Secara harfiah ungkapan ini berarti: pelan-pelan asalkan terlaksana atau jika diterapkan pada penumpang dokar ialah pelan-pelan asal selamat sampai di tujuan.


Dokar beroperasi di Hoogendorpstraat(1929), salah satu jalan di Kota Lama Semarang sekarang
Orang sekarang, terutama kaum muda, tidak sedikit yang mengartikan ungkapan ini sebagai sebuah nasehat yang sudah kedaluwarsa, ketinggalan jaman, kuno atau out of date. Sebagai alasan bahwa sekarang bukan zamannya lagi orang pelan-pelan, berlambat-lambat. Sebab, ketika kita bertindak pelan-pelan, orang lain sudah terlebih dahulu mendahului kita dan meraih hasil. Kita jadi ketinggalan. Kalau ingin mendapatkan yang diidam-idamkan orang harus bertindak cepat, agar tidak didahului oleh orang lain. Persaingan kini sudah semakin ketat sehingga dibutuhkan gerak cepat.

Penafsiran ini barangkali ada benarnya, namun tidak tepat atau tidak sepenuhnya benar dalam menafsirkannya. Sebab bukan itu yang ingin dinasehatkan dalam ungkapan "alon-alon waton kelakon". Nasehat yang ingin disampaikan oleh ungkapan ini ialah: jika ingin pekerjaan kita berhasil baik, hendaknya terencana, dilaksanakan dengan seksama, sungguh-sungguh dan hati-hati, tidak asal-asalan, tidak tergesa-gesa dan hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati. Pekerjaan yang dilakukan secara tergesa-gesa, tabrak sana tabrak sini, maka tidak berhasil baik atau tidak sempurna hasilnya.(St.S.Tartono, Pitutur Adi Luhur,hal. 51)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar